OLEH : H.ABDUL AZIS FARADI,M.Pd.
( Pendidik di MTs Negeri 2 Lombok
Barat)
Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup,
dalam sanubariku...” Cuplikan lagu tersebut sudah saya kenal sejak di bangku madrasah
dulu. Bahkan seluruh bait lagu serta liriknya saya hafal dan juga tentu
mengerti artinya, namun belumlah terasa menyentuh hati sanubari. Lirik itu
hanya terasa di lisan belumlah masuk ke dalam hati. Belum menyatu, belum
“nyurup” kalo bahasa sundanya. Mungkin karena itulah beliau, guru-guru saya
menyebutkan dalam berbagai kesempatan, “suatu saat kamu akan mengerti”. Dan
benar sekarang saya benar-benar mengerti! Mereka para guru menitipkan bekal
pada kita berupa ilmu (science) & pengetahuan (knowledge),
yang nantinya akan kita pakai dalam meniti perjalanan hidup kita. Ia berguna
seperti cadangan air ketika dahaga, system reserve ketika ukuran fuel
bensin merah mentok ke kiri, seperti bom waktu yang siap meledak melahirkan
ide-ide yang brilian. Memang perlu waktu
untuk memahami itu. Perlu kesabaran di dalam menuntut ilmu. Tidaklah kita
menjadi heran ketika Imam Ahmad, seorang ulama besar perawi hadits menyebutkan,
“Aku terus mempelajari permasalahan darah haid (tentang hadis darah haidh)
selama Sembilan tahun sehingga aku memahaminya”. Subhanallah, mungkin bukan
hanya waktu tapi juga perlulah “peristiwa” dan tentu kehendak Allah SWT agar
ilmu bermetamorfosa menjadi hikmah dan hidayah.
Jika kita membahas kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KUBI) dinyatakan guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar dan mendidik. Jika
dalam Wikipedia dari bahasa Sansakerta secara harfiah berarti berat, namun
dipahami juga dihormati. Secara umum arti guru merujuk kepada pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik atau muridnya. Dalam filosofi
Jawa guru dimaknai dengan“digugu dan ditiru” artinya mereka yang selalu
dicontoh dan dipanuti. Seperti
peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, yang artinya:
bila seorang guru melakukan suatu kesalahan, maka murid pun akan mengikuti
berbuat salah juga, malahan lebih lagi. Peribahasa ini menekankan arti penting
guru dalam kehidupan. Dalam dunia pendidikan Islam, guru memiliki beberapa
istilah seperti “mu’allim”, “mu’addib”, “murabbi”, “muddaris” dan
“mursyid”. Istilah mu’allim dari kata dasar “ilmu berarti menangkap
hakikat sesuatu.
Dalam setiap ‘ilmu terdapat dimensi teori dan dimensi amal.Karena
itu guru sebagai pengajar, penyampai ilmu pengetahuan secara teori dan
praktiknya. Istilah mu’addib dari kata dasar adab, yang berarti etika dan moral
atau juga kemajuan.Ini lebih menekankan guru sebagai Pembina moralitas dan
akhlak dengan keteladanan. Istilah murabbi dari kata dasar Rabb, yang berarti
menumbuhkembangkan, memelihara alam, karena itu ini lebih menekankan kepada
pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmani maupun rohani. Istilah muddaris dari akar kata
darasa-yadrusu-darsan wadurusan wadirasatan; yang berarti: terhapus, hilang
bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, atau mempelajari. Dilihat dari
pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta
didiknya dengan menghilangkan ketidaktahuan atau menghapus kebodohan mereka,
serta melatih keterampilan mereka. Istilah
mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah atau kelompok yang
menganut mazhab tertentu. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki
cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai “guru”. Seseorang melakukan sesuatu berdasarkan apa yang
diayakini. Apa yang diyakini tersebut sangat bergantung kepada apa yang dia
ketahui. Dalam bahasa yang lain; amal perbuatan sangat bergantung pada iman,
dan iman bergantung pula pada ilmu. Betapa pentingnya posisi ilmu, oleh
karena itu Islam sangat mengedepankan orang-orang yang berilmu. Dari Abi Darda
dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”, “Barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah,SWT akan memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan
sayapnya karena ridho (rela) terhadap orang yang mencari ilmu.
Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan memintakan bagi
mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang
ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli
ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang.
Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi
tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil
bagian yang besar (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah) Telah
bersabda Rasulullah saw, “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau
orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang
menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka
(HR. Baihaqi)
Jika kita memahami betapa besar jasa guru kepada kita semua, dan mestilah kita berupaya juga masuk ke dalam keutamaan dengan menjadi guru dalam arti yang sebenar-benarnya, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Setidaknya guru bagi anak-anak kita di rumah, guru bagi anak buah kita di kantor dan lain sebagainya.
Jika kita memahami betapa besar jasa guru kepada kita semua, dan mestilah kita berupaya juga masuk ke dalam keutamaan dengan menjadi guru dalam arti yang sebenar-benarnya, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Setidaknya guru bagi anak-anak kita di rumah, guru bagi anak buah kita di kantor dan lain sebagainya.
Guru menjadi
salah satu bagian terpenting dalam hidup kita. Guru tidak semata-mata seseorang
yang setiap hari mengajarkan anak-anak muridnya di depan kelas. Menghadapi
kenakalan anak-anak dengan penuh kesabaran dan berusaha mendidik anak-anak
muridnya agar kelak menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsanya.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Setidaknya, seorang guru tak akan
meminta kembali ilmu yang sudah diberikan pada kita. Betul? entah sudah berapa
juta anak yang sudah dibekali ilmu oleh seorang guru. Presiden tak akan bisa
memimpin negara tanpa andil seorang guru. Astronot tak akan menginjakkan kaki
di bulan tanpa jasa guru, bahkan aku tak bisa mengetik artikel ini tanpa jasa
guru. Guru tidak hanya seseorang yang berdiri dan mengajar di depan kelas. Ketika
kita lahir, ibu adalah guru pertama yang kita kenal. Bagiku, semua ibu yang ada
di dunia adalah guru. Ibu yang mengajarkanku berbicara, berjalan, berlari,
membaca, menulis, menggambar dan masih banyak lagi pelajaran hidup yang
diberikan oleh seorang ibu. Ya, ibu juga seorang guru. Guru bagi anak-anaknya.
Meskipun ia tidak mengajar di depan kelas.
Pengalaman
adalah guru yang berharga.Ketika aku masih kecil, aku belajar mengaji di TPA,
di TPQ. Hingga pada saatnya aku jadi bocah kecil petualang karena harus ikut
orang tua yang pindah kerja. Guru mengaji terus berganti, tanpa lelah
mengajariku mengaji. Hingga suatu hari, aku suka iseng ikut lomba mengaji dan
piala pertama yang terpajang di kamarku adalah piala dari lomba mengaji
anak-anak. Pengalaman yang lebih mendebarkan pun kualami ketika mengikuti lomba
mengaji dengan taraf yang lebih tinggi. Membuatku bisa berkeliling kota. Ya,
begitu besar jasa guru-guru mengajiku. Pengalamanku pun ikut menjadi guru
bagiku karena tak hanya sampai disitu saja aku belajar. Kehidupan asrama dengan
sejuta guru di dalamnya.Hidup di asrama membuatku mengerti apa artinya mandiri,
apa artinya jangan selalu bergantung pada orang lain, apa artinya tidak lagi
manja seperti di rumah sendiri. Satu asrama dengan beberapa teman sebaya,
bapak-bapak, ibu-ibu, kakak-kakak dan kakek-kakek membuatku memiliki keluarga
baru sekaligus guru baru. Ya, lagi-lagi aku dipertemukan dengan seorang guru.
Mereka bukanlah guru yang mengajar di kelas, mereka orang-orang hebat yang
telah mengajariku banyak hal. Jangan cengeng, jangan manja, belajarlah
mandiri!
Tanpa kita sadari, pelajaran berhitung yang diajarkan
oleh ibu bapak guru di madrasah, telah kita serap dan kembali kita ajarkan pada
adik-adik kita. Sesuatu yang sederhana, meski hanya 1 + 1 tetapi itu tetaplah
ilmu yang pahalanya akan terus dan terus mengalir meski telah meninggal dunia.
Senyum sang guru pun akan terukir manakala melihat anak-anak didiknya tak lagi
menangis di madrasah ketika ditinggal pulang ibunya, tidak lagi jadi anak manja
yang selalu ingin ditemani ibunya ketika masuk madrasah, menjadi pribadi yang
mandiri, minimal bisa makan sendiri.Alam pun turut mengajarkan.Manusia pun
banyak belajar dari alam. Bagiku, alam adalah guru yang paling menyeramkan
jikalau marah. Kualitas guru ditingkatkan, memperbaiki kepemimpinan madrasah,
tata kelola madrasah sehingga diharapkan ke depannya, setiap madrasah akan
memiliki kualitas lebih baik dari segi pengajar, organisasi dan fasilitas madrasah. Guruku
Pahlawanku tanpa tanda jasa ,buat anak-anak negeri ini.
Dahulu, kita
mengenal sosok pahlawan adalah sebagai orang yang membela negara, berperang
mengorbankan nyawa demi bangsa. Tapi saat ini, di tengah problematika negara
yang terus-menerus bergulir tiada henti, sosok pahlawan yang diidamkan setiap
orang pun menjadi pudar. Guru menjadi salah satu sosok pahlawan nyata yang
jelas sekali membela bangsa. Meski harus melewati medan yang sulit demi membagi
ilmunya, meski dengan fasilitas belajar seadanya, bahkan mungkin saja tak
memikirkan soal upah yang diterima. Semangat yang berkobar-kobar seolah tak
pernah sirna dari sosok seorang guru. Aku begitu menghormati dan bangga bisa
bermadrasah sehingga mengenal berbagai macam tipe guru, dilihat dari cara
mengajarnya, caranya berbicara, caranya menghadapi anak-anak didiknya, caranya
memberikan trik-trik berhitung cepat, caranya memarahi anak-anak didiknya yang
nakal, caranya tersenyum bangga ketika anak didiknya juara kelas. Masihkah
kita ragu untuk memberikan gelar pahlawan bagi guru-guru kita? bagi seluruh
guru yang ada di Indonesia bahkan di dunia? Semoga ilmu yang kita terima dari
guru-guru kita dapat bermanfaat bagi bangsa, dan agama.
Mari kita doakan para guru kita, Selamat
berulang tahun ke 74, semoga sukses buat guru masa depan dan berdoa serta guru terus berkarya dan membaca untuk menabah wawasan untuk ditebarkan buat anak didiknya. barakallahu fiikum. Aamiin Yaa Rabbalalamin ( Guru Senior Bahasa Indonesia.)*