TB

<< MTs. NEGERI 2 LOMBOK BARAT >> << ISLAMI, UNGGUL, DAN TERAMPIL >>

Jumat, 31 Januari 2020

Guruku, Pahlawanku Tanpa Tanda Jasa




OLEH : H.ABDUL AZIS FARADI,M.Pd.
( Pendidik di MTs Negeri 2 Lombok Barat)

Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku...” Cuplikan lagu tersebut sudah saya kenal sejak di bangku madrasah dulu.  Bahkan seluruh bait lagu serta liriknya saya hafal dan juga tentu mengerti artinya, namun belumlah terasa menyentuh hati sanubari. Lirik itu hanya terasa di lisan belumlah masuk ke dalam hati. Belum menyatu, belum “nyurup” kalo bahasa sundanya. Mungkin karena itulah beliau, guru-guru saya menyebutkan dalam berbagai kesempatan, “suatu saat kamu akan mengerti”. Dan benar sekarang saya benar-benar mengerti! Mereka para guru menitipkan bekal pada kita berupa ilmu (science) & pengetahuan (knowledge), yang nantinya akan kita pakai dalam meniti perjalanan hidup kita. Ia berguna seperti cadangan air ketika dahaga, system reserve ketika ukuran fuel bensin merah mentok ke kiri, seperti bom waktu yang siap meledak melahirkan ide-ide yang brilian.  Memang perlu waktu untuk memahami itu. Perlu kesabaran di dalam menuntut ilmu. Tidaklah kita menjadi heran ketika Imam Ahmad, seorang ulama besar perawi hadits menyebutkan, “Aku terus mempelajari permasalahan darah haid (tentang hadis darah haidh) selama Sembilan tahun sehingga aku memahaminya”. Subhanallah, mungkin bukan hanya waktu tapi juga perlulah “peristiwa” dan tentu kehendak Allah SWT agar ilmu bermetamorfosa menjadi hikmah dan hidayah.
Jika kita membahas kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  (KUBI) dinyatakan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar dan mendidik. Jika dalam Wikipedia dari bahasa Sansakerta secara harfiah berarti berat, namun dipahami juga dihormati. Secara umum arti guru merujuk kepada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik atau muridnya. Dalam filosofi Jawa guru dimaknai dengan“digugu dan ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti.  Seperti peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, yang artinya: bila seorang guru melakukan suatu kesalahan, maka murid pun akan mengikuti berbuat salah juga, malahan lebih lagi. Peribahasa ini menekankan arti penting guru dalam kehidupan. Dalam dunia pendidikan Islam, guru memiliki beberapa istilah seperti “mu’allim”, “mu’addib”, “murabbi”, “muddaris” dan “mursyid”. Istilah mu’allim dari kata dasar “ilmu berarti menangkap hakikat sesuatu.
Dalam setiap ‘ilmu terdapat dimensi teori dan dimensi amal.Karena itu guru sebagai pengajar, penyampai ilmu pengetahuan secara teori dan praktiknya. Istilah mu’addib dari kata dasar adab, yang berarti etika dan moral atau juga kemajuan.Ini lebih menekankan guru sebagai Pembina moralitas dan akhlak dengan keteladanan. Istilah murabbi dari kata dasar Rabb, yang berarti menumbuhkembangkan, memelihara alam, karena itu ini lebih menekankan kepada pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmani maupun rohani.  Istilah muddaris dari akar kata darasa-yadrusu-darsan wadurusan wadirasatan; yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, atau mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas  guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya dengan menghilangkan ketidaktahuan atau menghapus kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka.  Istilah mursyid biasa digunakan untuk  guru dalam Thariqah atau kelompok yang menganut mazhab tertentu. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “guru”. Seseorang melakukan sesuatu berdasarkan apa yang diayakini. Apa yang diyakini tersebut sangat bergantung kepada apa yang dia ketahui. Dalam bahasa yang lain; amal perbuatan sangat bergantung pada iman, dan iman bergantung  pula pada ilmu. Betapa pentingnya posisi ilmu, oleh karena itu Islam sangat mengedepankan orang-orang yang berilmu. Dari Abi Darda dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah,SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridho (rela) terhadap orang yang mencari ilmu.
Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di  bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil bagian yang besar (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah) Telah bersabda Rasulullah saw, “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (HR. Baihaqi)
 Jika kita memahami betapa besar jasa guru kepada kita semua, dan mestilah kita berupaya juga masuk ke dalam keutamaan dengan menjadi guru dalam arti yang sebenar-benarnya, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Setidaknya  guru bagi anak-anak kita di rumah, guru bagi anak buah kita di kantor dan lain sebagainya.
Guru menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup kita. Guru tidak semata-mata seseorang yang setiap hari mengajarkan anak-anak muridnya di depan kelas. Menghadapi kenakalan anak-anak dengan penuh kesabaran dan berusaha mendidik anak-anak muridnya agar kelak menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsanya.  Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Setidaknya, seorang guru tak akan meminta kembali ilmu yang sudah diberikan pada kita. Betul? entah sudah berapa juta anak yang sudah dibekali ilmu oleh seorang guru. Presiden tak akan bisa memimpin negara tanpa andil seorang guru. Astronot tak akan menginjakkan kaki di bulan tanpa jasa guru, bahkan aku tak bisa mengetik artikel ini tanpa jasa guru. Guru tidak hanya seseorang yang berdiri dan mengajar di depan kelas. Ketika kita lahir, ibu adalah guru pertama yang kita kenal. Bagiku, semua ibu yang ada di dunia adalah guru. Ibu yang mengajarkanku berbicara, berjalan, berlari, membaca, menulis, menggambar dan masih banyak lagi pelajaran hidup yang diberikan oleh seorang ibu. Ya, ibu juga seorang guru. Guru bagi anak-anaknya. Meskipun ia tidak mengajar di depan kelas.
Pengalaman adalah guru yang berharga.Ketika aku masih kecil, aku belajar mengaji di TPA, di TPQ. Hingga pada saatnya aku jadi bocah kecil petualang karena harus ikut orang tua yang pindah kerja. Guru mengaji terus berganti, tanpa lelah mengajariku mengaji. Hingga suatu hari, aku suka iseng ikut lomba mengaji dan piala pertama yang terpajang di kamarku adalah piala dari lomba mengaji anak-anak. Pengalaman yang lebih mendebarkan pun kualami ketika mengikuti lomba mengaji dengan taraf yang lebih tinggi. Membuatku bisa berkeliling kota. Ya, begitu besar jasa guru-guru mengajiku. Pengalamanku pun ikut menjadi guru bagiku karena tak hanya sampai disitu saja aku belajar. Kehidupan asrama dengan sejuta guru di dalamnya.Hidup di asrama membuatku mengerti apa artinya mandiri, apa artinya jangan selalu bergantung pada orang lain, apa artinya tidak lagi manja seperti di rumah sendiri. Satu asrama dengan beberapa teman sebaya, bapak-bapak, ibu-ibu, kakak-kakak dan kakek-kakek membuatku memiliki keluarga baru sekaligus guru baru. Ya, lagi-lagi aku dipertemukan dengan seorang guru. Mereka bukanlah guru yang mengajar di kelas, mereka orang-orang hebat yang telah mengajariku banyak hal. Jangan cengeng, jangan manja, belajarlah mandiri!
Tanpa kita sadari, pelajaran berhitung yang diajarkan oleh ibu bapak guru di madrasah, telah kita serap dan kembali kita ajarkan pada adik-adik kita. Sesuatu yang sederhana, meski hanya 1 + 1 tetapi itu tetaplah ilmu yang pahalanya akan terus dan terus mengalir meski telah meninggal dunia. Senyum sang guru pun akan terukir manakala melihat anak-anak didiknya tak lagi menangis di madrasah ketika ditinggal pulang ibunya, tidak lagi jadi anak manja yang selalu ingin ditemani ibunya ketika masuk madrasah, menjadi pribadi yang mandiri, minimal bisa makan sendiri.Alam pun turut mengajarkan.Manusia pun banyak belajar dari alam. Bagiku, alam adalah guru yang paling menyeramkan jikalau marah. Kualitas guru ditingkatkan, memperbaiki kepemimpinan madrasah, tata kelola madrasah sehingga diharapkan ke depannya, setiap madrasah akan memiliki kualitas lebih baik dari segi pengajar, organisasi dan fasilitas madrasah. Guruku Pahlawanku tanpa tanda jasa ,buat anak-anak negeri ini.
Dahulu, kita mengenal sosok pahlawan adalah sebagai orang yang membela negara, berperang mengorbankan nyawa demi bangsa. Tapi saat ini, di tengah problematika negara yang terus-menerus bergulir tiada henti, sosok pahlawan yang diidamkan setiap orang pun menjadi pudar. Guru menjadi salah satu sosok pahlawan nyata yang jelas sekali membela bangsa. Meski harus melewati medan yang sulit demi membagi ilmunya, meski dengan fasilitas belajar seadanya, bahkan mungkin saja tak memikirkan soal upah yang diterima. Semangat yang berkobar-kobar seolah tak pernah sirna dari sosok seorang guru. Aku begitu menghormati dan bangga bisa bermadrasah sehingga mengenal berbagai macam tipe guru, dilihat dari cara mengajarnya, caranya berbicara, caranya menghadapi anak-anak didiknya, caranya memberikan trik-trik berhitung cepat, caranya memarahi anak-anak didiknya yang nakal, caranya tersenyum bangga ketika anak didiknya juara kelas.  Masihkah kita ragu untuk memberikan gelar pahlawan bagi guru-guru kita? bagi seluruh guru yang ada di Indonesia bahkan di dunia? Semoga ilmu yang kita terima dari guru-guru kita dapat bermanfaat bagi bangsa, dan agama. Mari kita doakan para guru kita,  Selamat berulang tahun ke 74, semoga sukses buat guru masa depan  dan berdoa serta guru terus berkarya dan membaca untuk menabah wawasan untuk ditebarkan buat anak didiknya. barakallahu fiikum. Aamiin Yaa Rabbalalamin ( Guru Senior  Bahasa Indonesia.)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar