Jeruji Janji Seorang Guru
Karya Pangeran Lana
![]() |
Pangeran Lana |
Pada rasa mendalam, terkunci,
Ku aduk-aduk dalam balutan irama sukma
Beradu bersama selaksa kata yang tak sudah
Di situ aku menyemat, jeruji-jeruji janji,
Yang terkunci bersama angan, selembut sutra setulus
nurani.
Pabila selaksa nurani berujar,
Jeruji janji seorang guru,
Mengabdi membangun negeri setulus hati,
Sementara di hadapan kami,
Tersaji irama anak-anak bangsa,
Dalam balutan budi pekerti yang melantur dan meluntur,
Tergerus zaman yang pongah.
Terkadang keluh kesah kami berkelabat,
Anak-anak bangsa saban hari,
Sekarang hanya mengumpat dan mencaci maki
Menggerutu, kami hanya menepuk dada.
Hati kecil kami menggelitik, diam menelisik tak bisa
berkutik
Siapa sih yang salah?
Apakah kami sebagai guru, atau orang tua mereka
Atau tingkah zaman mileneal yang semakin menghantui,
Deras menjajal dan menjajah ruang hampa dari otak sebelah
kiri, anak didik kami
Pada rasa yang mendalam,
Hanya asa yang diam, mengunci kami seorang diri,
Di situ kami mengabdi, untuk negeri, pasti.
Sampah itu
Karya Pangeran Lana
Sampah menjadi-jadi
Menumpuk-numpuk tak karuan
Di depan mata kita, di pinggir jalan
Di kiri perempatan lampu stopan Kediri
Semua diam membisu, berlalu begitu saja
Ada sampah di situ, menumpuk di situ
Manusia tak ada peduli
Semua berlalu, berlalu urusan kehidupnya
Angannya tak peduli, tak memperdulikan sampah itu
Sampah yang menjadi-jadi
Menumpuk-numpuk tak karuan
Di depan mata kita, di pinggir jalan
Drama
berakhirnya pasar beras
Karya Pangeran Lana
Pasar beras hidupnya kini berakhir,
Setelah ditutup aparat
Tak ada derai-derai air mata
Meninggalkan puing-puing problema sosial
Keserakahan Pjs (penjaja nafsu sahwat)
Dari kupu-kupu malam nian binal
Pada gubuk bambu
berderet dan berderat tanpa sekat
Wanita Pjs (penjaja syahwat) mencari hidung belang, tak
puas dari istri
Dari transaksi lima ribu sampai ratusan ribu
Pasar beras potret mu kini berakhir
Mengubur kelam dari kumuhnya kota
Mataram BERIMAN (Bersih,aman, nyaman dan religius)
Legenda Tanjung
Menangis
Terlahir sebagai putri raja (datu) Samawa, cantik jelita
menawan hati
Segala kemauan selalu di turuti, tak berperi di hati
Sang putri raja, tumbuh menjadi gadis cantik jelita
Idaman para pangeran di berbagai penjuru negeri
menautkan hati, melamar
dan meminang pujaan hati
Pada suatu hari, sang Putri mengidap sakit
Sakit aneh, tak tertahan-tahan,
pedih dan perih tak berperi
dukun dan tabib berdatangan, silih berganti
tak mampu mengobati, putri berbaring tak berdaya
Tibalah saatnya, sang raja mengadakan sayembara
“Barang siapa yang mampu mengobati sang putri
Maka dialah yang akan menjadi putra mahkota”
Para dukun datang dari berbagai pelosok negeri
Tibalah kabar berita dari negeri Makasar
Tersebutlah Daeng Ujung Pandang, dukun tua renta, datang
terbungkuk-bungkuk
Memohon patik baginda, mengobati putri idaman hati
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, akhirnya sang
putri sembuh
Namun raja (datu) Samawa merasa masygul
Sang Putri merasa iba melihat kekecewaan tergurat di wajah sang dukun
Sang dukun beranjak pergi, Sang Putri hatinya luluh meluluh,
tak kuasa memikul beban asmara
Pabila tiba di pelabuhan Sang putri mengejar Daeng Ujung
Pandang
Ketika naik ke atas perahu,
Daeng Ujung Pandang berubah menjadi Pemuda tampan gagah
perkasa,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar