TB

<< MTs. NEGERI 2 LOMBOK BARAT >> << ISLAMI, UNGGUL, DAN TERAMPIL >>

Rabu, 05 Februari 2020

ANTOLOGI PUISI "SENANDUNG SELAKSA" PANGERAN LANA


Jeruji Janji Seorang Guru
Karya Pangeran Lana
Pangeran Lana

Pada rasa mendalam, terkunci,
Ku aduk-aduk dalam balutan irama sukma
Beradu bersama selaksa kata yang tak sudah
Di situ aku menyemat, jeruji-jeruji janji,
Yang terkunci bersama angan, selembut sutra setulus nurani.
Pabila selaksa nurani berujar,
Jeruji janji seorang guru,
Mengabdi membangun negeri setulus hati,
Sementara di hadapan kami,
Tersaji irama anak-anak bangsa,
Dalam balutan budi pekerti yang melantur dan meluntur,
Tergerus zaman yang pongah.
Terkadang keluh kesah kami berkelabat,
Anak-anak bangsa saban hari,
Sekarang hanya mengumpat dan mencaci maki
Menggerutu, kami hanya menepuk dada.
Hati kecil kami menggelitik, diam menelisik tak bisa berkutik
Siapa sih yang salah?
Apakah kami sebagai guru, atau orang tua mereka
Atau tingkah zaman mileneal yang semakin menghantui,
Deras menjajal dan menjajah ruang hampa dari otak sebelah kiri, anak didik kami
Pada rasa yang mendalam,
Hanya asa yang diam, mengunci kami seorang diri,
Di situ kami mengabdi, untuk negeri, pasti.



Sampah itu
Karya Pangeran Lana

Sampah menjadi-jadi
Menumpuk-numpuk tak karuan
Di depan mata kita, di pinggir jalan
Di kiri perempatan lampu stopan Kediri
Semua diam membisu, berlalu begitu saja
Ada sampah di situ, menumpuk di situ
Manusia tak ada peduli
Semua berlalu, berlalu urusan kehidupnya
Angannya tak peduli, tak memperdulikan sampah itu
Sampah yang menjadi-jadi
Menumpuk-numpuk tak karuan
Di depan mata kita, di pinggir jalan


Drama berakhirnya pasar beras
Karya Pangeran Lana

Pasar beras hidupnya kini berakhir,
Setelah ditutup aparat 
Tak ada derai-derai air mata
Meninggalkan puing-puing problema sosial
Keserakahan Pjs (penjaja nafsu sahwat)
Dari kupu-kupu malam nian binal
Pada gubuk  bambu berderet dan berderat  tanpa sekat
Wanita Pjs (penjaja syahwat) mencari hidung belang, tak puas dari istri
Dari transaksi lima ribu sampai ratusan ribu
Pasar beras potret mu kini berakhir
Mengubur kelam dari kumuhnya kota
Mataram BERIMAN (Bersih,aman, nyaman dan religius)


Legenda Tanjung Menangis
 Karya Pangeran Lana
Terlahir sebagai putri raja (datu) Samawa, cantik jelita menawan hati
Segala kemauan selalu di turuti, tak berperi di hati
Sang putri raja, tumbuh menjadi gadis cantik jelita
Idaman para pangeran di berbagai penjuru negeri
menautkan hati, melamar  dan meminang pujaan hati

Pada suatu hari, sang Putri mengidap sakit
Sakit  aneh, tak tertahan-tahan, pedih dan perih tak berperi
dukun dan tabib berdatangan, silih berganti
tak mampu mengobati, putri berbaring tak berdaya

Tibalah saatnya, sang raja mengadakan sayembara
“Barang siapa yang mampu mengobati sang putri
Maka dialah yang akan menjadi putra mahkota”
Para dukun datang dari berbagai pelosok negeri
Tibalah kabar berita dari negeri Makasar

Tersebutlah Daeng Ujung Pandang, dukun tua renta, datang terbungkuk-bungkuk
Memohon patik baginda, mengobati putri idaman hati
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, akhirnya sang putri sembuh
Namun raja (datu) Samawa merasa masygul
Sang Putri merasa iba melihat kekecewaan  tergurat di wajah sang dukun
Sang dukun  beranjak pergi, Sang Putri hatinya luluh meluluh, tak kuasa memikul beban asmara
Pabila tiba di pelabuhan Sang putri mengejar Daeng Ujung Pandang
Ketika naik ke atas perahu,
Daeng Ujung Pandang berubah menjadi Pemuda tampan gagah perkasa,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar